Mikrosistem (microsystem) dalam teori ekologi Bronfebrenner
ialah setting dalam mana individu hidup. Mikrosistem adalah yang paling dekat dengan
pribadi anak yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya,
sekolah, lingkungan dan sebagainya yang sehari-hari ditemui anak. Dalam
mikrositem inilah interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial
berlangsung, misalnya; dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Individu tidak
dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi
sebagai seseorang yang menolong membangun setting. Bronfrenbrenner menunjukkan
bahwa kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural berfokus pada
mikrosistem.
Mesosistem adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem
mikro meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks misal
hubungan orangtua-guru, orangtua-teman,antar teman, guru-teman, dapat juga hubungan
antara pengalaman sekolah dengan pengalaman keluarga, pengalaman sekolah dengan
pengalaman keagamaan dan pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya.
Misalnya anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan
mengembangkan hubungan positif dengan guru. Para developmentalis semakin yakin
pentingnya mengamati perilaku dalam setting majemuk untuk memperoleh gambaran
yang lebih lengkap tentang perkembangan individu.
Eksosistem dalam teori Bronfenbrenner dilibatkan ketika
pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain – dimana individu tidak
memiliki peran yang aktif – mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks
yang dekat. Atau sederhananya menurut eksosistem melibatkan pengalaman individu
yang tak memiliki peran aktif di dalamnya. Misalnya, pengalaman kerja dapat
mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang ibu
dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak perjalanan
yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi
orangtua-anak. Maka diketahui bahwa eksosistem tidak langsung menyentuh pribadi
anak akan tetapi masih besar pengaruhnya seperti koran, televisi, dokter,
keluarga besar, dll.
Makrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kita
ketahui bahwa kebudayaan mengacu pada pola prilaku, keyakinan, dan semua produk
lain dari sekelompok manusiayang diteruskan dari generasi ke generasi. Kita
ketahui pula bahwa studi lintas budaya – perbandingan antara satu
kebudayaan dengan satu atau lebih kebudayaan lain – memberi informasi tentang
generalitas perkembangan. Makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah,
tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dll.
Kronosistem meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang
rangkaian kehidupan dankeadaan sosiohistoris. Misal, dalam mempelajari dampak
perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif
sering memuncak pada tahun pertama setelah percaraian. Atau dengan
mempertimbangkan keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan tampaknya
sangat didorong untuk meniti karier dibanding pada 20 atau 30 tahun lalu.
Teori ekologi ini mempelajari interelasi antar manusia dan
lingkungannya. Ada 4 (empat) struktur dasar dalam konsep tersebut, yaitu sistem
mikro, meso, exo dan makro (Bronfenbrenner dalam Berns, 1997).
Sistem mikro
adalah keluarga dan hubungan antara anggota keluarga. Apabila anak menjadi
lebih besar dan bersekolah maka ia berada dalam sistem meso. Sistem exo adalah
setting di mana anak tidak berpartisipasi aktif tetapi terkena pengaruh
berbagai sistem seperti pekerjaan orang tua, teman dan tempat kerja orang tua
serta berbagai lingkungan masyarakat lain. Sistem makro berbicara tentang
budaya, gaya hidup dan masyarakat tempat anak berada. Semua sistem tersebut
saling pengaruh mempengaruhi dan berdampak terhadap berbagai perubahan dalam
perkembangan anak. Oleh karena itu,seluruh komponen sistem berpengaruh terhadap
pengasuhan (nurturing) dan pendidikan anak secara holistik (Berns, R.M, 1997, 4
ed).
Paradigma baru dalam pendidikan anak usia dini menekankan pada penanganan
nurturing oleh semua pihak berkenaan dengan pertumbuhkembangan anak yang
bersifat keutuhan jamak yang unik dan terarah. Dalam perkembangannya, anak
mempunyai berbagai kebutuhan, yang perlu dipenuhi, yaitu kebutuhan primer yang
mencakup pangan, sandang, dan ‘papan’ ; serta kasih sayang, perhatian, rasa
aman, dan penghargaan terhadap dirinya sebagaimana teori kebutuhan dari Maslow
(1978). Terpenuhinya kebutuhan tersebut akan memungkinkan anak mendapat peluang
mengaktualisasikan dirinya, dan hal ini dapat menghadirkan pelatuk untuk
mengembangkan seluruh potensi secara utuh. Pemenuhan kebutuhan dalam
perkembanganini banyak tergantung dari cara lingkungan berinteraksi dengan
anak-anak. Perkembangan anak ditentukan oleh berbagai fungsi lingkungan yang
saling berinteraksi dengan individu,melalui pendekatan yang sifatnya memberikan
perhatian, kasih sayang dan peluang untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan
taraf dan kebutuhan perkembangannya (Developmentally Appropriate Practice,
Horowitz, dkk. 2005).
Senada dengan Bronfenbernner, Hawlwy dalam Himmam &
Faturochman,1994 mengungkapkan bahwa perilaku manusia merupakan bagian dari
kompleksitas ekosistem dengan beberapa asumsi dasar sebagai berikut :
1. Perilaku manusia terkait dengan
konteks lingkungan.
2. Interaksi timbal balik yang
menguntungkan antara manusia dengan lingkungan.
3. Interaksi manusia dengan lingkungan
bersifat dinamis.
4. Interaksi manusia dengan lingkungan
terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada fungsinya.
Teori sistem ekologi
adalah teori yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner yang fokus utamanya
adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan orang-orang yang
memengaruhi perkembangan anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar