Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sangatlah penting,
karena adanya perkembangan teknologi begitu hebatnya, sehingga telah member dampak
yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang berkembang
sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah komunikasi. Karena
itu tidak aneh jika akhir-akhir ini banyak orang yang tertarik untuk
mempelajari dan mengembangkan kemampuan (kompetensi) berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi memang merupakan suatu hal yang
sangat fundamental bagi kehidupan manusia, dengan mampu berkomunikasi dengan
baik kita bisa membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan,
memelihara kasih sayang, mengembangkan karir. Sebaliknya dengan kemampuan
berkomunikasi yang buruk, kita juga justru memupuk perpecahan, menanamkan
kebencian dan menghambat kemajuan.
1. Perbedaan
antar suku
Ada banyak mahasiswa yang ada di Yogyakarta ini, dan
kebanyakan mahasiswa tersebut berasal dari luar daerah Yogyakarta dan juga luar
pulau Jawa. Dikarenakan banyaknya dan beragam suku yang ada di Yogyakarta, maka
perbedaan-perbedaan yang timbul karenanya juga beragam. Seperti misalnya untuk
suku batak dari medan Sumatra Utara, suku sunda dari Jawa Barat dan suku yang
ada di Papua. Dari suku-suku yang tersebut diatas, kebanyakan mereka mempunyai
perbedaan yang terkadang mahasiswa tersebut tidak menyadari bahwa ada perbedaan
yang tajam yang seharusnya justru dapat menyatukan mereka sendiri tanpa harus
ada perkelahian dan pertikaian.
2. Perbedaan
agama dalam keluarga
Dalam keluarga yang mempunyai perbedaan agama juga mengalami
perbedaan. Dimana perbedaan tersebut bisa menjadikan keluarga tersebut harmonis
dan bisa juga menjadikan keluarga tersebut menjadi berantakan dan terpecah
belah. Keluarga tersebut adalah keluarga yang harmonis walaupun keluarga
tersebut mempunyai perbedaan agama, hal tersebut dikarenakan banyaknya
toleransi antar anggota keluarga satu dengan lainnya sehingga perbedaan agama
dirasa tidak sangat mengganggu aktifitas maupun komunikasi diantara anggota
keluarga. Sementara apabila keluarga yang mempunyai perbedaan agama dan justru
perbedaan itu menimbulkan perpecahan diantara anggota keluarga, dikarenakan
kurangnya komunikasi antar anggota keluarga dan juga tidak adanya toleransi
antar anggota keluarga satu dengan lainnya, sehingga perbedaan agama tersebut
justru menjadikan senjata berbahaya bagi keluarga tersebut.
Selain
itu, kualitas hidup, hubungan kita dengan orang lain, bahkan peluang dan usaha
serta karir dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki cara-cara dan kemampuan
berkomunikasi terutama jika berhadapan dengan manusia yang berbeda budaya
maupun berbeda agama.
Ada
beberapa alas an mengapa perlunya komunikasi antar budaya, diantaranya adalah :
1. Membuka
diri memperluas pergaulan
2. Meningkatkan
kesadaran diri
3. Etika/etis
4. Mendorong
perdamaian dan meredam konflik yang ada.
Komunikasi antar budaya menurut Samovar dan Porter merupakan
komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya, misalnya suku bangsa,
etnik, dan rasa tau kelas social. Komunikasi antar budaya ini dilakukan dengan
negosiasi, pertukaran symbol sebagai pembimbing perilaku budaya, untuk
menunjukkan fungsi sebuah kelompok. Dengan komunikasi yang intens, maka dapat
memahami akar permasalahan sebuah konflik, membatasi dan mengurangi
kesalahpahaman, komunikasi dapat mengurangi eskalasi konflik social.
Menurut Charles E. Snare bahwa usaha meredam konflik dan
mendorong terciptanya perdamaian tergantung bagaimana cara mendefinisikan
situasi orang alain agar kita dapat mencapai perdamaian dan kerjasama. Jadi jelas,
dengan mempelajari komunikasi antar budaya berarti kita mempelajari termasuk
membandingkan kebiasaan-kebiasaan setiap etnis, adat, agama, geografis dan
kelas social di masyarakat. Dengan pemahaman tesebut, kita bisa
mengkomunikasikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan komunikasi antar budaya,
guna menyelesaikan konflik melalui dialog yang baik.
HAMBATAN-HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI LINTAS
BUDAYA
1. ETNOSENTRISME
Etnosentrisme
didefinisikan sebagai kepercayaan pada superioritas inheren kelompok atau
budayanya sendiri; etnosentrisme mungkin disertai rasa jijik pada orang-orang
lain yang tidak sekelompok; etnosentrisme cenderung memandang rendah
orang-orang lain yang tidak sekelompok dan dianggap asing; etnosentrisme
memandang dan mengukur budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri.
(Mulyana:2000;70)
Jelas sekali bahwa dengan kita bersikap etnosentrisme kita
tidak dapat memandang perbedaan budaya itu sebagai keunikan dari masing-masing
budaya yang patut kita hargai. Dengan memandang budaya kita sendiri lebih
unggul dan budaya lainnya yang asing sebagai budaya ’yang salah’, maka
komunikasi lintas budaya yang efektif hanyalah angan-angan karena kita akan
cenderung lebih mebatasi komunikasi yang kita lakukan dan sebisa mungkin tidak
terlibat dengan budaya asing yang berbeda atau bertentangan dengan budaya kita.
Masing-masing budaya akan saling merendahkan yang lain dan membenarkan budaya
diri sendiri, saling menolak, sehingga sangat potensial muncul konflik di
antaranya.
2. RASIALISME
Rasialisme
adalah suatu penekanan pada ras atau menitikberatkan pertimbangan rasial.
Kadang istilah ini merujuk pada suatu kepercayaan adanya dan pentingnya
kategori rasial. Dalam ideologi separatis rasial, istilah ini digunakan untuk
menekankan perbedaan sosial dan budaya antar ras. Walaupun istilah ini kadang
digunakan sebagai kontras dari rasisme, istilah ini dapat juga digunakan
sebagai sinonim rasisme. Jika istilah rasisme umumnya merujuk pada sifat
individu dan diskriminasi institusional, rasialisme biasanya merujuk pada suatu
gerakan sosial atau politik yang mendukung teori rasisme. Pendukung rasialisme
menyatakan bahwa rasisme melambangkan supremasi rasial dan karenanya memiliki
maksud buruk, sedangkan rasialisme menunjukkan suatu ketertarikan kuat pada
isu-isu ras tanpa konotasi-konotasi tersebut. Para rasialis menyatakan bahwa
fokus mereka adalah pada kebanggaan ras,
Rasialisme
di sini menjadi sangat berbahaya karena selain menghambat keefektifan
komunikasi antar budaya—antar ras yang berbeda, rasialisme dapat menjadi pemicu
pertikaian antar ras, di mana konflik yang terjadi akan sulit sekali untuk
didamaikan dan berlangsung lama. Contoh konflik akibat rasialisme yang pernah
terjadi dan terkenal di Indonesia adalah konflik- rasialisme anti-Tionghoa, di
mana di Indonesia pernah terjadi pembantaian besar-besaran terhadap ras
Tionghoa yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Butuh perjuangan yang
panjang agar ras Tionghoa diterima dan diakui-dihargai keberadaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar